Gaya bahasa
adalah cara berbahasa dengan tujuan untuk menimbulkan kesan tertentu pada
pendengar atau pembacanya.
GAYA BAHASA PERBANDINGAN
a. 1. Personifikasi
Gaya bahasa yangb menganggap sesuatu benda dapat berbuat atau berbicara
seperti manusia disebut personifikasi.
Contoh : Ingat ranting,berkuping
nyaring
b. 2. Metafora
Gaya bahas yang mengandung perbandingan yang sejajar atau memiliki
kesamaan.
Contoh : Raja siang,bersinar di ufuk timur
c. 3. Hiperbola
Gaya bahasa yang melukiskan suatu peristiwa atau keadaan secara
berlebih-lebihan disebut hiperbola.
Contoh : Selama ini ia bekerja membanting tulang,memeras keringat untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya
d. 4. Metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata yang berasosiasi
dengan suatu benda.
Contoh : Cintanya lebih tinggi daripada singgasana
e. 5. Litotes
Litotes adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata yang berlawanan arti
dengan tujuan untuk merendahkan diri.
Contoh : Sudikah tuan singgah ke gubuk kami ?
GAYA BAHASA PENEGASAN
1. Pleonasme
Gaya bahasa penegasan yang mempergunakan sepatah kata yang sebenarnya
tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam
kata yang diterangkan.
Misal : lepas dari Selat Malaka, mulailah kami mengarungi Samudera Luas.
Salju putih sudah mulai turun.
2. Repetisi
Gaya bahasa penegasan dengan mengulang sepatah kata berkali – kali dalam
kalimat yang lain dan biasanya digunakan oleh ahli pidato.
Misal : Cinta adalah keindahan, cinta adalah kebahagiaan, cinta adalah
pengorbanan.
3. Paralelisme
Gaya bahasa penegasan yang dipakai dalam puisi dengan mengulang kata –
kata.
Paralelisme terbagi dua :
a. Anapora : Salah satu gaya bahasa paralelisme dengan menempatkan kata
atau kelompok kata ( frase ) yang sama di depan tiap – tiap larik dalam puisi
secara berulang – ulang.
Misal : Kalaulah diam malam yang kelam
Kalaulah tenang sawang yang lapang
Kalaulah lelap orang di lawang
b. Epipora : Gaya bahasa paralelisme dengan menempatkan kata atau
kelompok kata (frase ) yang sama pada akhir larik dalam puisi secara berulang –
ulang.
Misal : Kalau kau mau akan datang
Jika kau kukehendaki, aku akan datang
Bila kau mu, aku akan datang
4. Tautologi
Gaya bahasa penegasan dengan mengulang beberapa kata dalam sebuah
kalimat.
Misal : Disuruhnya aku bersabar, bersabar dan sekali lagi bersabar tetapi
kini aku tak tahan lagi.
5. Klimaks
Gaya bahasa penegasan dan menyatakan beberapa hal berturut – turut makin
lama makin menuncak.
Misal : Sejak menyemai benih, tumbuh, hingga menuainya aku sendiri yang
mengerjakan.
6. Anti klimaks
Gaya bahasa penegasan yang bertentangan dengan gaya bahasa klimaks, makna
tergantung dalam kata – kata diucapkan berturut – turut makin lama makin
menurun.
Misal : Jangankan seribu, seratus rupiah pun tak ada
Dari pejabat tinggi, menengah, sampai rendah turut merasakan kebersamaan.
7. Elipsis
Gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips ( kalimat tidak lengkap ).
Kalimat elips ialah kalimat yang subjek atau predikatnya dilesapkan.
Misal : Diam ! ( maksudnya: Anak – anak diam ! )
8. Eksklamasio
Gaya bahasa yang menggunakan kata seru yang termasuk kata seru
diantaranya, yaitu ah, aduh, amboi, astaga, awas, oh, wah.
Misal : Awas, ada anjing galak !
GAYA BAHASA PERTENTANGAN
1. Paradoks
Gaya bahasa pertentangan yang hanya kelihatan pada arti kata yang
berlawanan padahal maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
Missal : Hatinya sunyi di kota Jakarta yang ramai ini.
2. Anitesis
Gaya bahasa pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan
artinya.
Missal : Cantik atau tidak, kaya atau miskin bukanlah ukuran bagi seorang
wanita.
3. Okupasi
Gaya bahasa pertentangan yang mengandung bantahan tetapi kemudian diberi
penjelasannya.
Missal : Candu merusak kehidupan. Itu sebabnya pemerintah mengawasi dengan
keras, tetapi si pecandu tetap tidak dapat menghentikan kebiasaannya.
4. Kotradiksio Interminis
Gaya bahasa pertentangan yang memeperlihatkan pertentang an dengan
penjelasan semula.
Misal : Semua murid ini hadir, kecuali si Hasan yang sedang ikut jambore.
5. Anakronisme
Gaya bahasa yang pernyataannya tidak sesuai dengan peristiwa.
Misal : a.Pangeran Diponegoro menembaki tentara Belanda dengan rudal anti
pesawat.
b. Candi Prambanan dibuat pada zaman dinasti Syailendra dengan teknologi
cakar ayam.
GAYA BAHASA SINDIRAN
1. Ironi
Gaya bahasa sindiran yang menyatakan sebaliknya dengan maksud menyindir.
Missal : Merdu benar suaramu terbangun aku
Pagi benar engkau dating padahal orang lain sudah banyak yang menunggu.
2. Sinisme
Gaya bahasa sindiran dengan mempergunakan kata-kata yang sebaliknya
seperti ironi tetapi lebih kasar.
Missal : Pukullah aku kalau berani
Muntah aku melihat mukamu
3. Sarkasme
Gaya bahasa sindiran yang paling kasar dengan mempergunakan kata-kata
yang dianggap tidak sopan.
Misal : He…..anjing…..pergi dari sini.
4. Antifrasis
Gaya bahasa ironi dengan kata atau kelompok kata yang maknanya
berlawanan.
Misal : a. “ Lihatlah si gendut ini,” ketika si kurus datang.
b. “ itu diaa, si miskin sudah datang,” kata ibu ketika paman yang kaya
itu datang ke rumah.
5. Inuedo
Gaya bahasa sindiran yang mengecilkan kenyataan sebenarnya.
Misal : a. Jangan heran bahwa ia menjadi kaya karena pelit.
b. Wajar saja ia menjadi orang kaya karena melakukan sedikit korupsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar